via : wisatanesia.co |
Pada
mulanya, benteng ini di bangun oleh tentara Belanda untuk menahan serangan dari
kraton Yogyakarta. Benteng ini mempunyai bentuk segi empat dengan di kelilingi
sungai kecil atau parit di bagian luar yang bertujuan untuk pertahanan benteng
dari serangan dan mempunyai 4 menara pengawas untuk digunakan tentara Belanda
untuk berjaga-jaga mengamankan benteng dari serangan.
Bangunan
yang didirikan pada tahun 1765 ini sekarang menjadi saksi biksu sejarah yang
pernah terjadi di Yogyakarta, dan beralih fungsi menjadi tempat wisata yaitu
museum benteng vredeburg.
Museum
ini punya beberapa koleksinya antara lain yaitu, bangunan-bangunan Belanda yang
sudah di pugar namun tetap mirip dengan aslinya, diorama-diorama yang
menggambarkan perjuangan sebelum proklamasi perjuangan sampai dengan era orde
baru. Ada juga koleksi benda-benda bersejarah antara lain, foto-foto dan
lukisan tentang perjuangan nasional dalam merintis, memperjuangangkan, dan
mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Harga
tiket masuk ke museum ini sangat murah, yaitu Rp 2000 untuk dewasa dan RP 1000
untuk anak-anak. Tapi walaupun dengan harga masuk yang murah pengunjung tetap
mendapatkan fasilitas yang cukup lengkap di antaranya: perpustakan, ruang
pertunjukan, ruang seminar, audio visual dan ruang belajar kelompok, koneksi Wifi,
mushola, kamar mandi, dan tentu saja seorang pemandu untuk menjelaskan mengenai
sejarah seputar museum Vredeburg ini.
“saya
sengaja mengajak anak-anak dan istri untuk ke museum ini karena selain untuk
menghabiskan akhir pecan dan refreshsing juga tentunya mengenalkan sejarah
kepada anak-anak saya karena bagaimanapun sejarah tidak boleh kita lupakan dan
harus kita turunkan ke anak cucu kita supaya tahu apa yang pernah terjadi di
Indonesia khususnya di Jogja tempat mereka lahir.” Ujar pak Handi Wijaya salah
satu pengunjung museum yang mengajak keluarganya untuk berkunjung ke museum
benteng vredeburg.
Memang
museum ini bisa di bilang wisata yang murah meriah karena harga tiket masuknya
yang terjangkau namun lepas dari itu museum ini bisa menjadi bahan untuk
generasi penerus bangsa untuk mengetahui perjuangan para pendahulu dalam
merebut dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Dengan
begitu maka para generasi penerus akan lebih menghargai perjuangan pendahulunya
dalam memperjuangkan kemerdekaan. Ada istilah mengatakan “JAS MERAH” yang
mempunyai kepanjangan “jangan sekali-kali untuk melupakan sejarah” karena tanpa
adanya sejarah mungkin kita tidak tahu apa yang terjadi di masa lampau.(JEG)