Selasa, 01 November 2016

Benteng Vredeburg; Museum Untuk Menikmati wisata Sejarah

via : wisatanesia.co

Pada mulanya, benteng ini di bangun oleh tentara Belanda untuk menahan serangan dari kraton Yogyakarta. Benteng ini mempunyai bentuk segi empat dengan di kelilingi sungai kecil atau parit di bagian luar yang bertujuan untuk pertahanan benteng dari serangan dan mempunyai 4 menara pengawas untuk digunakan tentara Belanda untuk berjaga-jaga mengamankan benteng dari serangan.

Bangunan yang didirikan pada tahun 1765 ini sekarang menjadi saksi biksu sejarah yang pernah terjadi di Yogyakarta, dan beralih fungsi menjadi tempat wisata yaitu museum benteng vredeburg.

Museum ini punya beberapa koleksinya antara lain yaitu, bangunan-bangunan Belanda yang sudah di pugar namun tetap mirip dengan aslinya, diorama-diorama yang menggambarkan perjuangan sebelum proklamasi perjuangan sampai dengan era orde baru. Ada juga koleksi benda-benda bersejarah antara lain, foto-foto dan lukisan tentang perjuangan nasional dalam merintis, memperjuangangkan, dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Harga tiket masuk ke museum ini sangat murah, yaitu Rp 2000 untuk dewasa dan RP 1000 untuk anak-anak. Tapi walaupun dengan harga masuk yang murah pengunjung tetap mendapatkan fasilitas yang cukup lengkap di antaranya: perpustakan, ruang pertunjukan, ruang seminar, audio visual dan ruang belajar kelompok, koneksi Wifi, mushola, kamar mandi, dan tentu saja seorang pemandu untuk menjelaskan mengenai sejarah seputar museum Vredeburg ini.


“saya sengaja mengajak anak-anak dan istri untuk ke museum ini karena selain untuk menghabiskan akhir pecan dan refreshsing juga tentunya mengenalkan sejarah kepada anak-anak saya karena bagaimanapun sejarah tidak boleh kita lupakan dan harus kita turunkan ke anak cucu kita supaya tahu apa yang pernah terjadi di Indonesia khususnya di Jogja tempat mereka lahir.” Ujar pak Handi Wijaya salah satu pengunjung museum yang mengajak keluarganya untuk berkunjung ke museum benteng vredeburg.

Memang museum ini bisa di bilang wisata yang murah meriah karena harga tiket masuknya yang terjangkau namun lepas dari itu museum ini bisa menjadi bahan untuk generasi penerus bangsa untuk mengetahui perjuangan para pendahulu dalam merebut dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.


Dengan begitu maka para generasi penerus akan lebih menghargai perjuangan pendahulunya dalam memperjuangkan kemerdekaan. Ada istilah mengatakan “JAS MERAH” yang mempunyai kepanjangan “jangan sekali-kali untuk melupakan sejarah” karena tanpa adanya sejarah mungkin kita tidak tahu apa yang terjadi di masa lampau.(JEG)

Bagian Tersembunyi dari Keindahan Tamansari

via : halonusantara.com

Tamansari – merupakan salah satu dari banyaknya objek wisata sejarah yang dapat dikunjungi di Yogyakarta. Objek wisata tersebut berlokasi tidak jauh dari Keraton Yogyakarta. Dari Keraton terdapat becak yang dapat mengantarkan kita menuju Tamansari, namun, bisa juga dengan menggunakan kendaraan pribadi atau bagi yang ingin menikmati suasana jogja dapat berjalan kaki untuk sampai disana. Tamansari menjadi tempat rekreasi dan kolam pemandian atau disebut pula pesanggrahan bagi Sultan Hamengkubuwono dan keluarganya. Tamansari dibangun sebagai lambang kejayaan Raja Mataram saat itu.


Hanya dengan biaya masuk sebesar 5000 rupiah kita dapat menikmati suasana Tamansari dengan artistik yang unik dan bangunan-bangunan lain yang juga unik serta terdapat kolam air. Terdapat 21 objek yang dapat dikunjungi apabila datang berkunjung ke Tamansari.
Salah satu pengunjung dari Solo yang mendatangi objek wisata Tamansari mengaku puas telah mengunjungi tempat tersebut “panas sih tapi pas masuk kesini terus liat kolam kolam air rasanya sejuk gitu” ungkap Putri.


Namun, adapula yang menyayangkan pada pihak pengelolaan terkait kolam yang dipenuhi dengan lumut di bagian dasarnya.

“Taman sari keren kok, tapi bangunannya sama yang di kolam airnya kaya kurang dirawat tapi keren sih kalau buat foto-foto” ungkap Rizky

Bangunan yang difungsikan untuk aktivitas religi dan meditasi bagi Sultan yaitu Pulo Panembung dan Sumur Gumuling, berada di tengah kolam Segaran. Pulo Panembung berada di selatan Pulo Kenanga dan Sumur Gumuling berada di barat Pulo Kenanga.


Sumur Gumuling sendiri dahulunya digunakan sebagai tempat ibadah yang ditunjukkan dengan adanya mihrab sedangkan Pulo Panembung sendiri berfungsi sebagai tempat semedi Sri Sultan.
Tamansari sendiri yang terkenal dengan tempat pemandian keluarga raja, ternyata dahulunya memiliki tempat untuk beribadah yang sekarang hanya digunakan sebagai tempat pariwisata. (KQ/DEP).


Sumber terkait: Eka Hadiyanta, Ign., Menguak keagungan Tamansari, Sumber Aksara Yogyakarta, 2012.

Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat Tak Pernah Habis Dikunjungi Wisatawan

via: indonesia-tourism.com


Siapa yang tidak tau dengan Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat. Merupakan tempat penginggalan sejarah yang masih dilestarikan hingga sekarang ini. Keraton yang terletak tidak jauh dari Alun-Alun Utara ini memiliki daya tarik arsitektur dan tradisinya sehingga banyak wisatawan yang berkunjung kesana. Tidak hanya wisatawan dari lokal saja, namun banyak juga wisatawan domestik yang berkunjung ke Keraton. Keraton sendiri merupakan tempat peristirahat para raja terdahulu yang dibangun oleh Sultan Hamengkubuwono 1 . Siapa sangka tempat peristirahatan ini berubah menjadi objek wisatawa yang ramain di kunjungi oleh wisatawan. Daya tarik yang dimiliki Keraton sangatlah sederhana hanya menampilakan arsitektur yang masih tradisional dan tradisi jawa yang masih dilestarikan.


Memang arsitektur yang ditampilkan di dalam Keraton bukan hal yang mewah atau agung. Namun nilai arsitekturnya memiliki nilai estetika sendiri yang tidak dimiliki oleh daerah lain. Bagi wisatawan domestik hal ini sangat memiliki nilai ketertarikan tinggi. Karena di dalam Keraton tidak hanya menampilkan bangunan yang unik melainkan menampilkan tradisi orang jawa seperti pementasan wayang, pementasan gamelan serta sindenya dan kesopanan abdi dalem yang menjaga tata krama jawa.


Abdi dalem sendiri memiliki peraturan yang harus di patuhi seperti menggunakan baju adat jawa berserta keris,tidak menggunakan sandal dan selalu menghadap barat untuk menghormati Keraton. “Ketika ada wisatawan yang ingin berfoto dengan abdi dalem,arah hadapan tetap ke barat tidak boleh mengarah ke arah lain”, tutur Suparman selaku abdi dalem Keraton.


“Meskipun banyak tempat wisata lain yang lebih menarik kita tetap harus berkunjung ketempat sejarah agar kita lebih memahami dan menghargai budaya yang kita miliki”,tutur Feny selaku pengunjung. “Keraton tempat yang harus dikunjungi karena tempat ini memiliki tradisi yang belum tercampur dengan nilai kemoderenan”,pernyaatan yang di sampaikan oleh Elsha sebagai pengunjung. Dari situlah Keraton masih tetap bertahan menajdi objek wisata yang digemari oleh para wisatawan. Kearifan lokal merupakan warisan yang harus dijaga agar tidak terjadinya keluturan budaya di era yang moderen saat ini. (ASM)



Selasa, 04 Oktober 2016

Sudut Pandang Masyarakat Yogyakarta Terhadap Pendatang

via : kompas.com

Di Yogyakarta terdapat setidaknya hampir mencapai 40-an universitas, perguruan tinggi, dan institut. Dengan jumlah yang bisa di katakan sangat banyak dalam 1 kota saja, maka pantas julukan kota pelajar di sematkan pada kota ini. Mahasiswanya pun, tidak hanya dari Yogyakarta, melainkan berasal dari seluruh penjuru Nusantara, mulai dari pulau Sumatra sampai papua semua ada di sini.

Menurut data statistik yang kami ambil dari bps Yogyakarta, total dari jumlah mahasiswa yang ada di jogja adalah D1 memiliki jumlah mahasiswa sebanyak 560 orang, D3 37.239 orang, D4 3.991 orang, S1 226.931 orang, S2 21.488 orang, S3 2.902, Sp-1 1.230 orang, dan Profesi 5.616 orang. Itu adalah jumlah total dari seluruh mahasiswa yang ada di jogja, dan hampir separuhnya adalah mahasiswa dari luar jogja yang memilih untuk melanjutkan pendidikan di kota jogja.

Dari data tersebut kita bisa mengetahui bahwa tidak semua mahasiswa yang kuliah di Yogyakarta adalah masyarakat Yogya asli, dan yang mencengangkan adalah jumlah nya hamper menyamai dengan mahasiswa yang berasal dari jogja sendiri.

“kalau menurut saya ya tidak apa apa karena memang saya melihat bahwa jogja telah menjadi kota dimana mempunyai universitas-universitas yang bagus di tingkat Indonesia, jadi ya kalau orang manapun entah berasal dari pulau jawa atau luar jawa pasti akan mempertimbangakn jogja sebagai tempat mereka meneruskan pendidikan karena terbukti bagus.” Kata Dwi Wicko, seorang mahasiswa kehutanan UGM yang asli berdomisili di kota Yogyakarta.

“dan dengan adanya mahasiswa yang dari luar jogja pun menjadi ada positifnya karena kan mereka berasal dari macam-macam dareah yang mempunyai adat dan budaya masing-masing, jadi kita selaku orang jogja asli juga dapat mengenal budaya Indonesia lebih luas lagi dengan adanya teman-teman mahasiswa luar jogja.” Tambah Wicko.

 “asalkan kita tetap saling menjaga kelakuan dan sopan santun saya rasa kerukunan antar mahasiswa juga bisa tetap terjaga dengan baik, ya intinya saling menghormati, untuk para perantau juga agaknya bisa menyesuaikan diri dengan budaya dan adat jogja yang mungkin tidak mereka lakukan/temukan di daerahnya maisng-masing, mau bagaimanapun kan mereka tinggal di jogja dan menginjak tanah jawa jadi ya harus saling menghormati mas.” Tambah wicko menjelaskan lebih lanjut.

Dari sudut pandang mahasiswa asli jogja mereka kebanyakan menyambut positif lalu bagaimana dengan para mahasiswa pendatang?
“saya bersyukur bisa melanjutkan pendidikan di kota istimewa ini, sebagai mahasiswa pendatang saya juga harus bisa deradaptasi dengan budaya dan lingkungan di jogja karena itu sangat di perlukan untuk saling menghormati satu sama lain”. Ujar Ida Mahasiswa Biologi UNY yang berasal dari kota Balikpapan.

Pudarnya kearifan lokal

via : tourdeasean.blogspot.com

Yogyakarta dikenal sebagai kota para pendatang, baik untuk mengadu nasib maupun menuntut ilmu. Bagi sebagian besar orang yang mengenal kota pelajar ini, Yogyakarta merupakan kota yang nyaman, sehingga membuat para pendatang tertarik untuk menetap di Jogja. Dengan meningkatnya jumlah pendatang membuat pertumbuhan penduduk di Yogyakarta juga meningkat. Hal ini membuat kearifan warga lokal menghilang dengan sendirinya.”Jogja tak seindah dulu”, tutur Musida warga lokal Yogyakarta. 

Indah disini berarti nyaman. Pada tahun 2006 Jogja masih terasa sangat nyaman dan tentram, kearifan warga lokal masih terjaga dengan baik. Pada awal tahun 2010 Yogyakarta mulai terasa berbeda karena banyaknya pendatang yang menetap, terutama mahasiswa yang setelah lulus pun bekerja lalu memiliki keluarga dan pada akhirnya menetap di Yogyakarta. Pada saat itu lah Yogyakarta mulai berubah sehingga kearifan aslinya mulai memudar. 

Kearifan yang sekarang sudah memudar adalah kesopanan orang Yogyakarta yang terkenal dengan tutur kata yang lembut menjadi bahasa yang bercampur dibawa oleh pendatang sehingga identitas nya hilang. Memang tidak sepenuhnya memudar tetapi hanya beberapa yang masih menjaga kearifan lokal tersebut.

Usaha kost

via : tokopedia.com

Dengan banyaknya pendatang tidak dipungkiri telah memberikan peluang usaha bagi warga lokal. Sehingga meminimalkan tingkat pengganguran yang ada. Seperti, meningkatnya mahasiswa dapat memberikan peluang bagi warga lokal untuk membuat usaha kost atau rumah makan. Ini tentu saja memberikan dampak positif pagi warga agar tidak merantau ke kota lain, sehingga warga yang menetap dapat menjaga kearifan lokalnya. “Pendatang memberikan dampak negatif dan positif yang berkesinambungan” tutur Bagiyo. Hal negatif dan positif memang tidak bisa saling berdiri sendiri. Ada warga yang menerima namun juga ada yang tidak. Tapi hal ini bisa diterima ketika warga lokal dengan pendatang saling menerima kehadiran dan saling menghargai.

Bagi Karina yang merupakan salah satu pemilik kost di daerah jalan kaliurang km8 yogyakarta. “ kost disini banyak yang dari Kalimantan, tapi ada juga yang dari Cilacap, Sumatera juga ada, lebih banyak dari luar Jawa, bisa kenal orang dari daerah mana aja” ungkapnya.

Pertukaran budaya

via : news.okezone.com

Banyak pengaruh yang diberikan oleh pendatang terutama dalam hal budaya. Budaya yang berbeda memberikan pengaruh yang besar bagi warga lokal. Dengan budaya baru yang masuk bercampur dengan budaya lokal akan menghasilkan budaya baru. Seperti warga Yogyakarta terbiasa dengan unggah ungguhnya, namun budaya selain Jogja belum tentu terbiasa sehinnga ini mempengaruhi dan menciptakan budaya baru yaitu warga lokal yang meninggalkan kebiasaan aslinya lalu mengikuti budaya yang di bawa oleh pendatang. Di sisi lain, pendatang tidak selalu memberikan nilai negatif. Mereka juga memberikan nilai-nilai positif terhadap warga lokal yaitu pembaharuan pola pikir. Dimana warga lokal yang kebanyakan masih berfikir mitos kemudian dengan datang nya pendatang mengubah pola pikir menjadi rasional.

Rawan konflik

via : nytimes.com

Dari segi pandang beberapa mahasiswa asli Yogya ada positif dan negati pendatang semakin banyak datang ke Yogyakarta. Seperti yang disampaikan oleh Ulfa Atiqah Sari mahasiswi semester 3 di YKPN “positifnya sih menghargai keberagaman ya, karena orang jogja juga welcome orangnya beberapa ngga masalah kalo ada pendatang. Negatifnya ya bikin macet terus pembangunan mall dan hotel yang makin menuhin setiap sudut Jogja sama banyak yang memicu konflik dari luar. Banyak pendatang sih fine-fine aja, asal bisa membaur dan ngga bikin bentrok-bentrok tauran gitu.” Ujar mahasiswi jurusan akuntansi ini. Ulfa sendiri menyayangkan sikap mereka yang terkadang membuat resah masyarakat dengan tindakan-tindakan yang berujung konflik, baik demo maupun aksi kekerasan.

Hal ini juga diakui oleh Tutik istri Kepala Dukuh “dari tahun ketahun di yogya pendatang semakin meningkat, sekarang macet udah dimana mana, sama kadang khawatir juga kalau banyaknya pendatang yang ngga mengikuti aturan di yogya, kaya konflik pendatang dulu itu, jadi takut sendiri, kalau memang mau tinggal di yogya ya harus mengikuti aturan di Yogya” tuturnya.

Dengan adanya rasa hormat dan saling peduli satu sama lain, maka kerukunan antar mahasiswa bisa terjaga dengan baik. Dan untuk para pendatang juga mempunyai perkumpulanya sendiri dari daerah dimana mereka berasal jadi tak perlu khawatir jika suatu saat mereka rindu dengan kampong halaman karena biasanya perkumpulan mahasiswa daerah juga mempunyai agenda untuk menyatukan dan mengakrabkan mahasiswa dari daerah masing-masing dengan sebuah pertunjukan seni dan sebagainya. (DEP/KQ/ASM/JEG)

Selasa, 20 September 2016

Pesona Pantai Wediombo Sebagai Daya Tarik Wisata di Gunung Kidul

oleh : Josi Eka Guntara

keindahan bibir pantai wediombo yang sangat jernih.

Gunung kidul – adalah salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta yang terkenal akan wisata alamnya. Dari data yang kami dapat, dari tahun ke tahun gunung kidul mengalami peningkatan wisatawan  yang cukup besar, pada tahun 2014 ada 1.955.817 wisatawan yang mengunjungi gunung kidul dan pada tahun 2015 mengalami kenaikan sebesar 2.642.759 Wisatawan.

Salah satu yang menjadi daya tari tersendiri adalah pantai-pantainya yang begitu indah dan masih sangat natural. Banyak juga pantai yang masih belum terekspos di Kabupaten Gunung Kidul, salah satunya adalah pantai Wediombo.

Pantai Wediombo berada di desa Jepitu, kecamatan Girisubo. Wediombo dalam bahasa jawa mempunyai arti pasir yang luas, tapi tidak dalam kenyataanya pantai ini tidak mempunayi pasir yang terlalu luas.  Letak pantai ini agak ke bawah, Untuk bisa sampai ke pantai anda harus rela menuruni beberapa anak tangga yang disediakan. Sedikit melelahkan memang. Namun, itu semua akan sebanding dengan sensasi yang akan di dapatkan.

Pantai ini adalah tempat favorit untuk melakukan camping pantai, karena di tepi pantai banyak lokasi yang di sediakan oleh pengelola untuk memfasilitasi pengunjung atau wisatawan yang akan camping pantai.

Memang tidak terlalu ramai dan cenderung masih sepi, tapi wediombo mempunyai daya tariknya tersendiri, air yang bening dan pasir putih adalah salah satunya. Namun ada yang membuat pengunjung untuk kembali lagi ke pantai ini adalah dengan adanya ombak besar ciri khas pantai selatan.

Khusus untuk yang menyukai olahraga selancar atau surfing wediombo menpunyai tempat tersendiri di hati para penggemar surfing. “ tahun 2015 itu ada sekitar ribuan wisatawan yang datang ke pantai wediombo, dan separuhnya datang untuk melakukan surfing disini.” Ujar bapak Tugi selaku pengelola dan warga setempat.

“kami harap di 2016 ini akan ada peningkatan wisatawan baik local maupun dari mancanegara, tapi kalau wisatawan mancanegara lebih untuk bermain surfing sedangkan wisatawan local lebih untuk menghabiskan akhir pecan dengan keluarga dan yang kebanyakan camping rata-rata remaja yang piknik dengan teman-temanya.” Tambahnya.

laguna yang terdapat di pantai wediombo.


Selain ombak besarnya yang menjadi ciri khas dari pantai wediombo lainya adalah dengan adanya kolam alami atau yang lebih terkenal dengan sebutan laguna, laguna ini terletak di bibir pantai sebelah selatan pantai wedi ombo. Kolam ini terbentuk dari genangan air yang terperangkan di antara batuan karang yang ada di pantai ini, menambah keindahan pantai tersebut.

Harga yang di patok oleh pengelola juga sangat terjangkau, hanya dengan Rp.10.000,00 saja anda sudah dapat menikmati semua keindahan yang ada di pantai wediombo. (JEG)


Pager Bumi sebagai Daya Tarik Desa Wisata Pulesari

oleh : Kholilatul Quduah

Sekretariat desa wisata pulesari

Desa Wisata Pulesari, Yogyakarta (19/9/2016). Merupakan salah satu desa wisata di Yogyakarta yang berada di Turi, Sleman. Berdiri sejak 9 November 2012, desa wisata ini telah menarik sejumlah wisatawan karena lokasinya yang strategis. Desa ini didirikan untuk memberdayakan SDM dan SDA yang ada agar eksistensi desa wisata ini bisa dikenal luas. Awal berdirinya desa wisata ini adalah adanya agenda tahunan dimana kegiatan upacara adat “Pager Bumi” dilaksanakan hanya di desa Pulesari, karena kegiatan tersebut Dinas Pariwisata Yogyakarta menjadikannya desa wisata dengan tetap mempertahankan upacara adat Pager Bumi setiap tahunnya pada bulan safar, penanggalan jawa.

Meski baru empat tahun berdiri, setiap tahunnya desa wisata ini tidak pernah sepi pengunjung, baik dari wilayah Yogyakarta maupun luar kota, termasuk juga wisatawan dari luar negeri. Hal ini dibuktikan dengan data yang diberikan oleh Sarifai yang merupakan wakil sekretariat desa wisata Pulesari.

“Untuk yang terakhir kemarin tahun 2015, sudah masuk laporan dinas Pariwisata sebanyak 52.271 orang wisatawan lokal dan wisatawan manca negara baru 28 orang.” Imbuhnya.


bapak sarifai

Sarifai menjelaskan bahwa pengunjung yang datang biasanya kalangan mahasiswa yang hendak melaksanakan kegiatan Malam Keakraban (MAKRAB), dan pengunjung yang lain ketika musim libur serta saat upacara Pager Bumi berlangsung.

“Biasanya ya mahasiswa yang ngadain kegiatan makrab, terus kemarin bertepatan pas hari raya Idul Adha itu malah kebanyakan yang datang orang-orang dari geraja. Kalo anak-anak biasanya banyaknya pas liburan sekolah. Untuk upacara adat pager bumi itu tidak tentu tanggalnya karena pake penanggalan jawa, untuk tahun ini diperkirakan dua atau tiga bulan lagi sudah masuk safar.” Tambahnya.


           Desa wisata Pulesari memberikan layanan berupa homestay, outbond, dan tracking sungai Bedog. Selain itu, guna memberdayakan SDM, ibu-ibu di desa tersebut membuat kerajinan tangan dan kuliner desa Pulesari yang terkenal akan macam-macam produk berbahan baku salak. (KQ)

Film “AADC 2” Membuka Peluang Usaha


oleh : Asy Syifa



Film Ada Apa dengan Cinta 2?film yang berhasil meraih penontonnya mencapai 3.626.929 orang.Keberhasilan film tersebut membuat masyarakat penasaran dengan lokasi syuting yang di jadikan icon di filem Ada Apa dengan Cinta 2.Dengan antusia masyarakat yang tinggi membuat peluang usaha baru bagi jasa wisata dan tour.

Sebut saja Vara Holiday Tour&Travel.Mereka merupakan salah satu pelaku usaha yang membuat paket “AADC 2”.Paket tersebut dibuat dengan alasan bahwa lokasi syuting pada film tersebut memiliki daya tarik,karena menggunakan tempat wisata bagus di Yogyakarta. Selain itu antusia masyarakat terhadap film “AADC 2” cukup tinggi sehingga muncul peluang untuk dibuat menjadi trip.

Wisata yang dikunjungi tidak jauh berbeda keindahannya dengan yang berada di dalam film tersebut. Tempat yang dikunjungi meliputi: Pedepokan Bagong Kassudiarja,Lokal Resto,Ratu Boko,Tebing Breksi,Candi Prambanan,Klinik Kopi,Selie Coffe,Pantai Parangkusumo,Gereja Ayam dan lain sebagainya.

Trip ini di buka pada pertengahan Mei. Ternyata saat trip ini dibuka peminat masyarakat sangat tinggi,pengunjung pada pertengahan bulan Mei mencapai 500 orang.Setiap bulannya pengunjung yang tertarik dengan paket trip tersebut makin bertambah jumlahnya mencapai 3600 orang hingga bulan Agustus,hal ini diungkapkan oleh Andrea Pranbandaru selaku CEO Vara Holiday Travel&Tour.

Dengan meredupnya film “AADC 2” sekarang,membuat peminat trip berkurang. Namun paket tersebut tetap di tawarkan oleh Vara Holiday Tour&Travel melalui berbagai promosi di media sosial dan patner travel di luar kota. Selain itu membuat trobosan baru dengan cara menggabungkan paket “AADC 2” dengan wisata yang sedang in sekarang ini.Hal itu dilakukan agar paket tersebut tetap bertahan kedepannya tidak hanya ada di saat film Ada Apa dengan Cinta tengah ramai di bicarakan masyarakat. (AS)